Maut (kematian) adalah perkara yang paling menakutkan. Maut mengirim orang ke dalam kegelapan. Maut membuat orang masuk ke dalam alam maut yang mengerikan. Maut mengakhiri kemuliaan dan kejayaan manusia di dunia ini. Maut mengakhiri kekuasaan dan kedudukan manusia. Maut mengakhiri penempuhan hidup dan pengharapan manusia. Maut mengakhiri segala suasana yang baik dari manusia. Maut merusak perhimpunan antara orang tua, saudara, suami istri, anak-anak. Maut merusak kebersamaan antara teman-teman akrab. Maut memutuskan segala cinta, kasih sayang, ikatan yang hangat antar manusia.

Maut juga paling kejam: air mata orang tua tidak ia hiraukan, ratap tangis istri tidak ia perhatikan, jerit tangis anak-anak tidak ia pedulikan, kepedihan simpati sahabat tidak ia hiraukan, dukacita kenegaraan juga tidak bisa menggoyahkannya. Ia membiarkan orang menjadi janda yang tiada sandaran. Ia membiarkan orang menjadi anak yatim. Ia membiarkan kesedihan yang mendalam dari teman yang akrab dan bijak. Ia membiarkan orang selamanya terpisah dengan istri dan anak terkasih.

Maut juga paling kuat. Kekuasaan yang lebih besar pun tidak bisa menggentarkannya. Uang yang lebih banyak pun tidak bisa menyuapnya. Ilmu kedokteran yang lebih baik pun tidak bisa menaklukkannya. Rakyat jelata tidak bisa mengalahkannya. Laksaan raja terhormat pun tidak bisa mengalahkannya. Orang yang lemah tak bertenaga tidak bisa mengalahkannya. Orang yang kuat perkasa pun tidak bisa mengalahkannya. Orang yang tidak terpelajar tidak bisa mengalahkannya. Profesor pandai pun tidak bisa mengalahkannya. Siapa pun tidak bisa melarikan diri dari kuasa Iblis, siapa pun tidak bisa keluar dari kuburan. Sungguh mengenaskan! Sungguh menyedihkan!

Alkitab menyatakan bahwa yang berkuasa atas maut adalah Iblis. Karena jatuh dan meninggalkan Allah, maka “seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yohanes 5:19), jatuh di bawah kuasa maut, kesudahannya tidak terhindar dari mati; karena “sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa” (Mazmur 73:27). Situasi kondisi manusia yang sedemikian, sungguh tanpa harapan dan sangat menyedihkan. Akan tetapi, pada Allah ada belas kasihan. Dia mengutus Anak-Nya, Tuhan Yesus, datang ke dunia, untuk menyingkirkan perbuatan Iblis. “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan (menyingkirkan) perbuatan-perbuatan Iblis” (1 Yohanes 3:8), membereskan pos sulit mengenai kematian manusia. Dia terpaku di kayu salib, menyerahkan nyawa, berdarah, mencuci bersih dosa manusia, juga “melalui kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14). Pada hari ketiga, Dia bangkit dari kematian, mengalahkan maut, menembus alam maut, “sebab dipecahkan-Nya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkan-Nya palang-palang pintu besi” (Mazmur 107:16), supaya manusia terbebaskan dari penjara maut, terlepas dari kuasa maut Iblis. Ada negara yang telah mengumumkan dihapuskannya hukuman mati; tetapi itu hanya bisa menghapus hukuman mati dari aspek hukum, tidak bisa menghapus maut; hanya menunda sejenak, akhirnya pasti mati. Hanya Anak Allah, “Dia telah mematahkan (menyingkirkan) kuasa maut” (2 Timotius 1:10). Inilah berita gembira yang besar! Setiap orang yang percaya kepada-Nya, bisa di dalam Dia mengalahkan kuasa maut, terlepas dari maut dan kubur. Haleluya! “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Korintus 15:22). “..dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati…maka akan digenapi firman yang tertulis: ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan…Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Korintus 15:52-57).

Hanya percaya kepada-Nya baru kita bisa terhindar dari maut. Sebaliknya, kita akan memperoleh hidup, mewarisi hidup yang kekal.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, “Menyingkirkan Maut”